· Tolong jangan copy paste
PERJALANAN
PANJANG
Suasana
haru menyelimuti ruang ICU yang disertai tangisan seorang Gadis berumur 11
tahun. Gadis, yang baru hadir ditempat sang ibunda terbaring koma akibat
penyakit kanker yang diderita. Didalam ruangan terdengar suara curahan hati si Gadis.
“Ibu… Gadis rindu ibu, apakah ibu tidak rindu padaku? Ayah
bekerja keras diluar sana untuk ibu, jadi, kumohon bangun bu… kami bertiga
merindukanmu ibu”
Bisa dibilang, Gadis menjalani hidup yang kejam didunia ini
untuk anak-anak seusiannya. Sang ibu sudah terbaring koma selama 1 tahun, dan
membutuhkan biaya yang sangat besar, maka itulah sang ayah menjadi TKI di Saudi
Arabia, tetapi dua bulan terakhir ini, Gadis sudah tidak pernah mendengar kabar
apapun lagi dari sang ayah. Biasanya, seminggu sekali ayah Gadis mengirimkan
surat ke rumah, Gadis pun harusmenjaga sang adik, Adam yang baru berusia 5
tahun.
Gadis tidak sempat memikirkan masa anak-anak yang seharusnya
ia rasakan, Gadis pun tidak sempat untuk berfikiran merasakan sebagai seorang
pelajar. Gadis hanya sibuk untuk bekerja sebagai penyemir sepatu keliling.
Hujan pun mulai rintik-rintik, baru kali ini Gadis merasa tidak sehat saat
bekerja.
“Hei, kamu nyikat sepatu saya
yang benar” marah sang pemilik sepatu
“Maaf pak, saya sedang tidak
sehat hari ini” jawab Gadis
“Saya tidak peduli, ka…” Ucapan
sang pelanggan dihentikan oleh Dokter Kim yang menangani ibu Gadis dirumah
sakit. Dokter Kim memang sangat baik pada keluarga Gadis. Dokter Kim pun sudah
menganggap Gadis dan Adam seperti anaknya sendiri.
“jika bapak tidak suka, bapak
boleh pergi” bentak sang dokter
“Gadis, kau tidak perlu bekerja
lagi, mulai minggu besok paman akan menyekolahkan Gadis dan Adam. Dan karena
semua biaya sudah dilunasi oleh paman, maka besok ibumu akan bisa dioperasi”
terang sang dokter
“te..terima kasih paman” Gadis
langsung saja memeluk Dokter Kim dengan erat dengan berderai air mata tanda
terima kasih
Suara jangkrik mulai terdengar. Tanda tengah malam telah
tiba. Gadis baru saja bisa menidurkan Adam sang adik. Tiba-tiba datanglah Dokter
Kim dengan nafas terengah-engah ke gubuk kecil milik keluarga Gadis dengan
deraian air mata tidak percaya.
“Gadis, maafkan paman. Ibumu
sudah dipanggil oleh yang maha kuasa, sabarlah Gadis, maafkan paman”
“ibu.. ibu… jangan tinggalkan Gadis
sendiri disini” lalu, Gadis dan Dokter Kim langsung menuju rumah sakit.
Suara tangis terus terdengar, Gadis dan Adam tidak pernah
melepaskan genggaman erat tangan sang ibu yang sudah terbujur kaku. Gadis menangis
karena berpikir “ibu… seharusnya ibu bersabarlah sebentar saja sampai esok
untuk bisa dioperasi. Maaf kan Gadis bu..” Disaat Gadis sudah merasa sedikit
tabah yang sedang memangku Adam diruang tunggu. Datanglah 2 polisi dengan raut
muka yang tidak berani manatap 2 anak yang sedang murung tersebut.
“apakah kamu Gadis, putrid dari
bapak Johan?” Gadis hanya bisa mengangguk.
“kami sebelumnya turut berduka
cita. Kami mendapat kabar bahwa bapak Johan sudah meninggal dunia yang
dikarenakan kecelakaan mobil 1,5 bulan yang lalu. Dan jenazah almarhum sedang
dibawa ke Indonesia dan kemungkinan besok pagi sudah bisa dimakamkan”
Mendengar kabar itu, Gadis mendadak pingsan tak berdaya.
Keadaan disana pun menjadi sangat dingin. “kakak….”
Cuaca pagi disertai cicitan suara burung, mata Gadis mulai
terbuka, setelah bangun dari sadarnya Gadis hanya tersenyum ikhlas kepada Dokter
Kim dan Adam yang memakai pakaian serba hitam. Dan hanya dimulai dengan kalimat
“aku ingin mengunjungi pemakaman ibu dan ayah”
Satu hal yang membuat Gadis lega yaitu : saat kabar sang ayah
meninggal, ibu belum sempat membuka mata dan tidak merasakan kesedihan yang ia
alami. Keesokan harinya pun menjadi hari baru, Dokter Kim mengangkat Gadis dan Adam
sebagai anak angkatnya. Dan harapan baru mulai terlihat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar