Kamis, 22 Maret 2012

GADIS


·       Tolong jangan copy paste


PERJALANAN PANJANG
        Suasana haru menyelimuti ruang ICU yang disertai tangisan seorang Gadis berumur 11 tahun. Gadis, yang baru hadir ditempat sang ibunda terbaring koma akibat penyakit kanker yang diderita. Didalam ruangan terdengar suara curahan hati si Gadis.
        “Ibu… Gadis rindu ibu, apakah ibu tidak rindu padaku? Ayah bekerja keras diluar sana untuk ibu, jadi, kumohon bangun bu… kami bertiga merindukanmu ibu”
        Bisa dibilang, Gadis menjalani hidup yang kejam didunia ini untuk anak-anak seusiannya. Sang ibu sudah terbaring koma selama 1 tahun, dan membutuhkan biaya yang sangat besar, maka itulah sang ayah menjadi TKI di Saudi Arabia, tetapi dua bulan terakhir ini, Gadis sudah tidak pernah mendengar kabar apapun lagi dari sang ayah. Biasanya, seminggu sekali ayah Gadis mengirimkan surat ke rumah, Gadis pun harusmenjaga sang adik, Adam yang baru berusia 5 tahun.
        Gadis tidak sempat memikirkan masa anak-anak yang seharusnya ia rasakan, Gadis pun tidak sempat untuk berfikiran merasakan sebagai seorang pelajar. Gadis hanya sibuk untuk bekerja sebagai penyemir sepatu keliling. Hujan pun mulai rintik-rintik, baru kali ini Gadis merasa tidak sehat saat bekerja.
“Hei, kamu nyikat sepatu saya yang benar” marah sang pemilik sepatu
“Maaf pak, saya sedang tidak sehat hari ini” jawab Gadis
“Saya tidak peduli, ka…” Ucapan sang pelanggan dihentikan oleh Dokter Kim yang menangani ibu Gadis dirumah sakit. Dokter Kim memang sangat baik pada keluarga Gadis. Dokter Kim pun sudah menganggap Gadis dan Adam seperti anaknya sendiri.
“jika bapak tidak suka, bapak boleh pergi” bentak sang dokter
“Gadis, kau tidak perlu bekerja lagi, mulai minggu besok paman akan menyekolahkan Gadis dan Adam. Dan karena semua biaya sudah dilunasi oleh paman, maka besok ibumu akan bisa dioperasi” terang sang dokter
“te..terima kasih paman” Gadis langsung saja memeluk Dokter Kim dengan erat dengan berderai air mata tanda terima kasih
        Suara jangkrik mulai terdengar. Tanda tengah malam telah tiba. Gadis baru saja bisa menidurkan Adam sang adik. Tiba-tiba datanglah Dokter Kim dengan nafas terengah-engah ke gubuk kecil milik keluarga Gadis dengan deraian air mata tidak percaya.
“Gadis, maafkan paman. Ibumu sudah dipanggil oleh yang maha kuasa, sabarlah Gadis, maafkan paman”
“ibu.. ibu… jangan tinggalkan Gadis sendiri disini” lalu, Gadis dan Dokter Kim langsung menuju rumah sakit.
        Suara tangis terus terdengar, Gadis dan Adam tidak pernah melepaskan genggaman erat tangan sang ibu yang sudah terbujur kaku. Gadis menangis karena berpikir “ibu… seharusnya ibu bersabarlah sebentar saja sampai esok untuk bisa dioperasi. Maaf kan Gadis bu..” Disaat Gadis sudah merasa sedikit tabah yang sedang memangku Adam diruang tunggu. Datanglah 2 polisi dengan raut muka yang tidak berani manatap 2 anak yang sedang murung tersebut.
“apakah kamu Gadis, putrid dari bapak Johan?” Gadis hanya bisa mengangguk.
“kami sebelumnya turut berduka cita. Kami mendapat kabar bahwa bapak Johan sudah meninggal dunia yang dikarenakan kecelakaan mobil 1,5 bulan yang lalu. Dan jenazah almarhum sedang dibawa ke Indonesia dan kemungkinan besok pagi sudah bisa dimakamkan”
        Mendengar kabar itu, Gadis mendadak pingsan tak berdaya. Keadaan disana pun menjadi sangat dingin. “kakak….”
        Cuaca pagi disertai cicitan suara burung, mata Gadis mulai terbuka, setelah bangun dari sadarnya Gadis hanya tersenyum ikhlas kepada Dokter Kim dan Adam yang memakai pakaian serba hitam. Dan hanya dimulai dengan kalimat “aku ingin mengunjungi pemakaman ibu dan ayah”
        Satu hal yang membuat Gadis lega yaitu : saat kabar sang ayah meninggal, ibu belum sempat membuka mata dan tidak merasakan kesedihan yang ia alami. Keesokan harinya pun menjadi hari baru, Dokter Kim mengangkat Gadis dan Adam sebagai anak angkatnya. Dan harapan baru mulai terlihat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar